Saturday, April 30, 2016

Dear Smokers...

Dear Smokers,
Apakah kamu menyadari bahwa asap rokok yang kau hisap itu bisa terbawa angin sampai beberapa meter dari tempatmu berada? Aku yang berdiri sejauh dua setengah meter darimu bisa mencium bau asap rokokmu.
Kamu tahu apa yang sedang kulakukan saat menghisap asap rokokmu? Saat itu aku sedang berikhtiar untuk menyehatkan tubuhku. Aku sedang berolahraga.
Betapa rasanya sia-sia berpeluh mengusir racun dari dalam tubuhku saat racun lain masuk melalui saluran pernapasanku tanpa bisa kuhindari.
Pagi hari di akhir pekan yang senggang, bukankah lebih baik kamu ikut berolahraga? Ikut menyehatkan jiwa dan raga? Ikut menjaga segarnya udara pagi yang menyehatkan?
Mengapa kamu memilih untuk menghisap dan (bahkan) berbagi racun dengan orang lain?

Dear smokers,
Aku hanya ingin memberitahumu, bahwa rokok yang kau hisap saat mengendarai motor, terbawa angin beberapa meter ke belakang.
Saat itu posisiku persis di belakangmu. Mengendarai motor juga. Walau telah kulindungi sebagian wajahku dengan masker, asap rokokmu tetap bisa menyeruak masuk melalui celah-celah kecil yang ada. Aku mencium baunya!
Dengan kualitas udara ibukota sudah begitu beracun, mengapa kau tambah racun lain ke dalamnya? Udara ini diciptakan bukan untukmu seorang.

Dear smokers,
Mengapa teguran yang datang kepadamu seringkali kau tanggapi dengan rasa gusar?
Salahkah aku yang ingin menghirup udara segar?
Salahkah aku yang ingin hidup sehat?
Apa salahku sehingga kamu harus berbagi racun padaku?

Katamu, "semua orang akan mati. Yang merokok akan mati. Yang tidak merokok pun akan mati.
Yang merokok bisa sakit. Yang tidak merokok pun bisa sakit."

Kataku, "berhentilah makan hari ini juga. Karena yang tidak makan akan mati, yang makan pun akan mati."