Friday, April 18, 2014

Resep dan Tips Membuat Roti Isi

Haaaiii... kamu yang suka makan roti, berani bikin roti sendiri? Berani dunnksss... 


Naah, saya mau sharing pengalaman bikin roti yang kata orang-orang prosesnya susah dan melelahkan, padahal nggak gitu juga sih, hehe... Mudah-mudahan sharing ini bisa bantu teman-teman untuk bikin roti yaa... :)


Resep dasar rotinya saya ambil dari blog-nya mas Budi Sutomo.  Here’s the recipe:

Resep Dasar Roti Unyil
Bahan:
375 gr tepung terigu protein tinggi/hard wheat
100 gr tepung terigu protein sedang
130 gr gula pasir
3 kuning telur
100 gr mentega
200 ml air es
30 gr susu bubuk
11 gr ragi instan
1 sdt bread improver/pengempuk roti
1 sdt garam halus

Cara Membuat:
1. Campur semua bahan kering, aduk rata. Masukan kuning telur dan air es sedikit demi sedikit sambil      diuleni sampai kalis. Tambah kan mentega uli lagi sampai terbentuk adonan yang licin dan lembut.
2. Diamkan adonan selama 45 menit atau sampai mengembang dua kali lipat. Kempeskan adonan dan potong-timbang sesuai kebutuhan resep.
3. Fermentasikan kembali selama 30 menit. Kempeskan lagi dan adonan siap dibentuk sesuai jenis kue.

Roti resep mas Budi ini rasanya manis. Untuk yang kurang suka manis, takaran gula-nya bisa dikurangi jadi 90 – 100 gram aja.

Kalo saya pribadi, karena kurang suka roti yang –istilahnya, kopong alias ngga padat, jumlah ragi instan-nya saya kurangi jadi ¾ sachet (di resep mas Budi ditulis 11 gram = 1 sachet). Oya, saya pakai Fermipan untuk ragi instan, harganya sekitar Rp. 3.500 – Rp. 4.000/ sachet.

Saya juga ngga pake bread improver, soalnya susah nyarinya, hehehe... tapi kalau dipakai, rotinya bisa lebih enak kali yaa...

Tepung protein tinggi yang saya pakai merk Cakra Kembar dari Bogasari yang bungkusnya warna hijau. Tepung protein sedangnya saya pakai Segitiga Biru dari Bogasari juga. Takaran kedua jenis tepung ini ngga boleh diutak-atik yaa, sesuaikan dengan resep, okee... ;)

Untuk mentega, saya ganti dengan margarin, karena mentega mahaaaaeuull... hihihi...

Cara pembuatannya, tinggal ikuti yang di resep ajaa... Oya, ada yang bilang, sebaiknya garam dimasukkan paling akhir supaya roti nggak bantat. Kalau saya sih tetap mencampur garam dengan bahan-bahan lain di awal pembuatan, dan hasil rotinya, alhamdulillah, fine-fine aja kok :)



Keterangan foto:
Baris 1: Proses fermentasi pertama. Setelah adonan selesai diuleni sampai kalis, diletakkan di wadah yang sudah ditabur sedikit tepung terigu. Kemudian ditutup dengan serbet/ kain basah. Diamkan satu jam sampai mengembang.
Setelah satu jam, adonan "ditinju" agar udara yang ada di dalam adonan keluar.
Setelah itu potong-potong adonan sesuai besar roti yang diinginkan.
Baris 2: Proses fermentasi kedua. Potongan adonan diisi dengan coklat/ keju/ selai, sosis atau daging ham juga boleh, silakan dipilih. Kemudian bentuk adonan sesuai selera, letakkan di loyang yang sudah diolesi margarin. Diamkan adonan selama tiga puluh menit. Adonan boleh ditutup dengan kain basah, tapi pastikan tidak merusak permukaan roti.
Baris 3: Setelah adonan didiamkan selama 30 menit, masukkan ke oven yang sudah dipanasi sebelumnya dan dengan suhu berkisar 200 C. Lama memanggang biasanya 15 - 20 menit. Saya tidak menggunakan olesan topping.


Supaya rotinya sukses, ada baiknya memperhatikan hal-hal berikut:

1.  Adonan akhir roti SEBELUM difermentasikan, harus berupa adonan yang tidak lengket, lentur, fleksibel dan tidak mudah robek/ putus ketika di-stretch seperti gambar di bawah. Kalau sudah bisa mendapatkan adonan seperti yang ada dalam gambar, kemungkinan hasil roti-nya sukses dan ngga bantat, cukup besar. Ini adalah MODAL AWAL untuk roti yang sukses.
copyright: http://bakingnfood.files.wordpress.com/2009/11/adonan_kalis.jpg

2. Untuk menghasilkan adonan seperti point 1 diatas, ngga perlu kok sampai dibanting-banting, hehehe... Setelah semua bahan tercampur rata dan berbentuk dough (adonan padat)diuleni aja dengan teknik yang benar. Seperti apa tekniknya? check this video out yaa --> teknik menguleni adonan roti
Perhatikan saat menguleni adonan, gunakan tenaga yang berasal dari badan, bukan tangan.

3. Mentega/margarin dimasukkan saat adonan setengah kalis (agak beda dikit sama resep-nya mas Budi), yaitu saat adonan masih berwujud tepung kental. Pengalaman saya, memasukkan mentega/ margarin saat adonan sudah berbentuk dough, mentega/ margarinnya jadi sulit tercampur rata. Bahkan di beberapa video di Youtube tentang cara membuat roti, mentega/ margarinnya sudah dicampur sedari awal.

3. Jangan fermentasikan adonan terlalu lama, roti bisa bau ragi, asam. Satu jam cukup untuk mendapatkan adonan yang mengembang, walau kadang mengembangnya nggak sampai dua kali lipat dari adonan awal, tidak mengapa, bukan berarti rotinya akan gagal ;)

4. Setelah fermentasi, adonan akan menjadi sangat liat. Gunakan pisau untuk memotong-motong adonannya ya :)

5. Proses pemanggangan sangat menentukan hasil akhir. Ini yang sering bikin saya deg-degan, hehe... Suhu oven untuk resep mas Budi ini, sekitar 200⁰ C. Saya menggunakan oven tangkring, biasanya dipanaskan dulu setengah jam dengan api sedang. Tapi kondisi oven berbeda-beda ya, kalau mau precise bisa gunakan pengukur suhu portable yang ditempelkan di oven. Sila dicari di pasar atau di toko perlengkapan rumah tangga.

Jika suhu oven kurang panas, proses memanggang menjadi terlalu lama bisa membuat roti keras. Jika suhu terlalu panas, bagian bawah roti bisa gosong, sementara bagian atasnya masih putih.

Jangan lupa juga ya, loyang untuk memanggang dioles margarin sebelum masuk oven, agar bagian bawah roti nggak cepat gosong.

Nah, dear readers, jika lima poin tersebut terpenuhi, insyaAllah roti yang teman-teman buat akan sukses.. Jangan mudah menyerah, tetap bereksperimen ya... siapa tahu kalo enak bisa jadi usaha dan sumber penghasilan... aamin... sukses ya! :)

P.S Referensi resep diambil dari blog mas Budi Sutomo, S.Pd. Please go to this link  http://budiboga.blogspot.com/2006/06/variasi-roti-unyil-dan-resep-dasar.html


Wednesday, April 16, 2014

Jangan Renggut Hak Mereka Untuk Bereksplorasi Tanpa Batas

Satu lagi saya temukan orang tua yang membelikan sebuah tab untuk anaknya yang masih duduk di kelas dua. Sah-sah saja, tidak ada larangan. Hanya saja, orang tua perlu menyadari bahwa tugasnya bertambah: mengawasi anak agar tidak kecanduan main tab.

Saat teman saya menyodorkan sebuah tab baru, meminta tolong saya mengunduh sebuah lagu, saya langsung teringat jaman saya kecil dulu. Orang tua saya bersikeras tidak membelikan saya Nintendo yang saat itu populer sekali.

Saya kenal Nintendo dari teman sebelah rumah, anak semata wayang. Ada banyak sekali permainan yang bisa dipilih. Asyik betul! Pulang bermain dari rumah teman, saya minta dibelikan Nintendo.

“Tidak boleh. Itu bikin malas belajar.” Itu kata orang tua saya.
“Aku nggak akan malas belajar kok.”
“Nggak boleh.”

Rasanya kecewaaaa mendengar kata ’tidak’ itu. Tapi bisa apa saya? Akhirnya, hari-hari semasa saya SD, banyak diisi dengan permainan lain: masak-masakan, bermain kasti dan layang-layang, petak jongkok, lompat tali, membuat tenda sendiri, sampai nyemplung  di got mencari ikan jepi dan cucut, hehe...

Sekarang ketika dewasa, aktivitas-aktivitas outdoor itu menjadi memori yang menyenangkan untuk diingat. Subhanallah, betapa nikmatnya masa kecil saya yang ruang geraknya tak dibatasi dinding rumah. Dan Alhamdulillah, orang tua saya sangat mendukung.

“Ibu, aku mau cari ikan, belikan jaring untuk nangkap ikan...”
“Ibu, aku mau bikin kolam ikan, aku pinjam taplak plastik ya...”
“Ibu, aku mau main masak-masakan, minta telur untuk bikin kue upil gajah ya... minyak tanahnya juga untuk bikin api..”
“ibu, aku mau bikin ayunan, minta uang untuk beli tali jemuran untuk tali ayunannya ya...”
“Ibu, bola kastinya nyebur ke kali... kalau ke rumah pakdhe, mintakan bola tenis bekas ya untuk main kasti...”

Dan semua permintaan itu dipenuhi J

Tentu saja saat itu saya tidak menyadari, kreatifitas tanpa batas muncul saat seorang anak bereksplorasi dengan hal-hal di sekitarnya. Membuat tenda beratap daun pisang, membuat kolam ikan, membuat ayunan, membuat kue yang saya dan teman-teman namakan upil gajah (hahaha, entah terinspirasi dari mana :D) adalah hasil eksplorasi dengan benda-benda yang ada di sekitar saya. Dari kegiatan “membuat” itu, saya belajar memecahkan masalah. Dan kecerdasan diasah dari kegiatan memecahkan masalah ini.

Eksplorasi seperti ini yang tidak dialami oleh anak-anak yang diam dan duduk bermain game sepanjang hari.

Sekali lagi, tidak ada larangan anak bermain digital/ virtual game. Hanya saja, ada konsekuensi bagi orang tua, yaitu mengawasi porsi waktu anak bermain game di tab/ laptop. Anak-anak berhak mendapatkan kesempatan untuk bereksplorasi dengan alam, dengan lingkungan dan hal-hal di sekitar mereka  tanpa dibatasi oleh dinding atau pagar rumah. Semoga dengan kegiatan eksplorasi yang berujung pada mencipta sesuatu itu, lahir generasi yang cerdas.