Monday, November 23, 2015

Mendefinisikan Rindu



Rindu itu misalnya kamu berada di sebuah tempat yang duluuuuu kamu dan  dia, dia, dia menghabiskan waktu bersama-sama.

Rindu itu misalnya kamu kepingin banget ketemu orang-orang yang dirindukan, ketawa-ketiwi lagi, bersusah payah bareng lagi, tapi waktu dan tempat hanya menyediakan ruang bercakap dalam jendela-jendela percakapan (alias window chat!).

Rindu itu misalnya kamu menatap setumpuk pekerjaanmu, menjalani rutinitasmu sebagai seorang pekerja, tapi isi kepalamu bukan itu semua. Dalam kepalamu ada dia, dia dan dia yang pernah membuat pikiranmu dalam kondisi alpha.

Rindu itu misalnya kamu ingin berbincang, bertukar kisah dan ide, duduk bersama lebih lama, tapi lagi-lagi, ruang dan waktu hanya mengizinkanmu untuk bercakap menanyakan kabar, tak lebih dari lima-sepuluh menit.

Rindu itu misalnya ketika kamu membuka kembali folder-folder yang dibuat setahun dua tahun silam berisi fotomu dengan dia, dia dan dia, dan kamu bisa senyum-senyum sendiri, tapi hati kok sesak?

Rindu itu misalnya ketika kamu tanpa sengaja melihat barang yang identik dengan dia, dia, dan dia, tapi kamu kemudian menyadari bahwa bukan dia, dia dan dia yang sedang menggunakan barang tersebut. Sesak ya?

Rindu ini untuk dia, dia dan dia, yang pernah melangkah beriringan bersamaku sambil bertukar kisah dan berbagi semangat.
Rindu ini untuk dia, dia dan dia, yang hidupnya bukan sekedar untuk dirinya, namun dibagi untuk sahabat-sahabatnya.
Rindu ini untuk dia, dia dan dia, yang pernah menciptakan derai tawa tak usai yang terkadang ditujukan untuk kekonyolan diri sendiri.

Aku tuh rindu... rindu kalian...




Tuesday, July 21, 2015

Tentang GOJEK dan Beberapa Tips ber-GOJEK

Kamu tau Gojek? Belum? Itu lho, ojek yang pake seragam jaket dan helm hijau, dan belakangan ini sangat mudah ditemukan di ruas-ruas jalan di Jakarta (dan mungkin juga di beberapa kota lain..). Tukang ojek ini bisa dicari dan di-booking via aplikasi smartphone. Quite practical...

Nah, saya mau share pengalaman pertama menggunakan jasa Gojek... Ya, seperti biasa, saya kalo sharing ya info level newbie... Dari newbie untuk newbies, hehe... 

Pertamaa... Karena saya newbie, saya cari info dulu tentang Gojek. Mulai dari cara bookingnya, availability drivernya, biayanya, kendalanya, sampai tingkah polah drivernya... Dan saya pilih untuk cari dan intip info melalui akun twitter Gojek di @gojekindonesia. Wah, pas diintip, lini masanya kok penuh komplain? Hahahaha... Kalo begini saya jadi ketar-ketir dag-dig-dug serr.. :-| Rata-rata komplain yang ada tentang tidak tersedianya driver, kemudian Gojek credit yang tetiba berkurang jumlahnya, ada pula segelintir yang mengeluhkan attitude driver. Saya bersyukur tau info-info ini lebih awal, jadi saya bisa nyiapin plan A, B, C untuk perjalanan saya... Hehe...

Keduaaa... Cara pembayaran driver Gojek ada dua: credit dan cash. Credit itu semacam sistem prabayar. Kita transfer sejumlah uang dan itu jadi kredit (baca: tabungan) kita. Setiap kita pake jasa Gojek, maka kredit kita akan terpotong otomatis sesuai ongkos service yang telah digunakan. Kalau cash ya yu know laaah.. Langsung kasih uang ke drivernya. Kedua cara pembayaran ini muncul di aplikasi ketika proses booking. Kita bebas memilih. Kalo jarang pake Gojek, mendingan bayar cash deh.. Karena sistem Gojek creditnya kadang eror. Asik sih kalo credit kita tetiba bertambah, tapi kalo tetiba berkurang tanpa alasan (duileh...) ? Paitt paitttt...Hikss...
Etapi berhubung kemarin saya dikasih credit gratis sebesar 50k sama temen saya yang baik hati nan chubby, saya jadi merasa nothing to lose untuk pake Gojek credit... Hehe..

Ketigaaa... Ini terkait dengan komplain terbanyak, tersering dan ter-riuh yang dilontarkan para pengguna jasa Gojek: ga dapet driver. Lebih bikin spaneng lagi ketika kita dapet notif "cannot find driver" padahal di Gojek map terpampang dengan jelas jumlah Gojek driver yang bejibun dalam radius 100 m dari posisi kita.  Dan saya merasakan hal iniiii....! Bahkaaan gojek driver yang lagi free bukan hanya terpampang di map, tapi di depan mata sayaaa.. Dan mereka ga mau ambil orderan sayaa... Huaaahuaahuaa..

Jadi, posisi saya di FX Sudirman, dalam kondisi kenyang (ya, biar kamu tau aja, trus kamu iri sama saya :-p). Saat saya galau nunggu respon dari driver di pangkalan Gojek FX, pak Abdul (doi ini driver Gojek yang bakal anter temen saya ke Pasar Minggu, tapi delay karena temen saya masih nunggu saya dapet driver) bilang kalo tempat tujuan berpengaruh ke cepet/ enggaknya orderan kita direspon. Kalo pas lagi banyak order, driver milih-milih juga. Mereka enggan ke tempat-tempat macet kayak Cileduk atau Kalimalang (ini kan lokasi rumah gueee, hikss). Tapi kalo kita beruntung, bisa aja dapet driver ke tempat-tempat tersebut, sekalian drivernya jalan atau mau pulang (biasanya pas malam hari).

Saran dari pak Abdul, destinasinya diganti. Kayak saya kemudian mengganti destinasi saya, dari Kalimalang jadi Pondok Bambu. Alhamdulillah, sekitar 5 menit nunggu, finally orderan saya ditanggapi oleh seorang driver yang sedang melintas di Plaza Senayan. Saya memang nggak diantar sampai depan rumah, karena destinasinya cuma sampe depan komplek. But it's fine....

Khusus tentang hal satu ini, menurut saya wajar driver-nya picky. Mereka dapet bonus berdasarkan jumlah order, bukan jumlah km atau jam kerja. Jadi mereka coba bekerja efektif dan efisien dalam mengambil order. Selama bisa milih, ya mereka akan milih order.. Kita juga gitu kan kalo kerja..? Efisien dalam mengeluarkan tenaga, tapi efektif dalam pencapaian target, hehe...

Keempat.. Mengenai driver itu sendiri. Alhamdulillah saya dapet driver yang baik. Saking baiknya sampai komunikasinya berbuntut: sms nanya udah sahur atau belum, hihi... Tapi maaf ya bang Gojek, komunikasinya cukup perihal perGojekan aja, jadi ngga satu pun smsnya saya balas. Hehe...

Terakhiir... Selama masa promo cebanRamadhan, boleh lah kasih tip buat drivernya. Ceban itu murah bingits untuk harga ojek. Tambahan dua atau tiga ribu bisa bikin drivernya senang dan rejeki kita berkah (aamiin).

Jadi begitulah petualangan pertama saya di dunia perGojekan. Ada galaunya, ada senengnya. Yang perlu diinget, driver Gojek juga manusia, butuh hidup dan menghidupi. Jadi coba wise aja menanggapi segala kekurangan, nggak perlu komplain berbumbu caci maki ☺ selamat berGojek ☺


Monday, April 27, 2015

Ulasan Ringan Film "Guru Bangsa Tjokroaminoto"



Heyho…

Sudah nonton film Guru Bangsa Tjokroaminoto? Belum? Better to watch it ASAP, karena jadwal tayangnya sudah mulai berkurang di bioskop-bioskop. Sayang lho kalau ngga nonton…

Hummm… Sebenarnya saya bukan tipe manusia yang doyan nonton di bioskop. Yaa, gimana yaaa, menurut saya siih, uang tiketnya lebih baik dialokasikan untuk keperluan lain. Kalau mau nonton film, mendingan streaming atau unduh, hehe… tapi untuk film-film berkualitas, terutama film Indonesia ♫ ♪ aku relaaakan puluhan ribu rupiaaahku ditukar dengan tikeet bioskoop ♪♫ *ndangdut*

Well, well…

Sampailah saya pada waktu dimana teman-teman di sekitar saya menjadikan film GBT buah bibir. Selain testimoni yang positif, petikan ucapan HOS Tjokroaminoto yang dalam dan terkenal itu: “Setinggi-tinggi ilmu, semurni-murni tauhid, sepintar-pintar siasat” bikin saya kepo, tertarik dan segera menentukan jadwal nonton. Janjian sama ibu guru Nur dan bapak guru kembar, Rokhman dan Rokhim, fix nonton hari Kamis, tanggal 23 April kemarin.

Sekitar lima menit sebelum film dimulai, kami berempat sudah duduk manis di kursi studio. Nggak lama kemudian, film dimulai. Kami disajikan adegan serius, adegan lucu, dan bagian film yang disturbing (dikit sih…) yang bikin saya memilih untuk tutup mata. Ada pula bagian yang bikin kening berkerut dan hati bertanya-tanya, “tokoh itu siapa sih? Lokasinya dimana sih? Mau pergi naik kereta kemana sih?”. Dan bu guru Nur, si perempuan Aceh bertanya, “konco-konco itu artinya apa sih?” hehehe…

Nonton GBT itu harus super nyimak. Karena setiap dialog atau ucapan tokoh di film tersebut memberi petunjuk tentang alur kisah dan nama-nama tokoh atau nama tempat yang tidak dideskripsikan secara visual. Bagi penonton yang pengetahuan sejarah-nya biasa-biasa aja, kalau ada dialog yang terlewat ia dengar, maka akan cukup sulit untuk memahami kisah secara utuh. Contohnya saya, heuheuheu…

Bagi yang awam banget, film berdurasi dua setengah jam ini mungkin memang terasa monoton. Tapi mungkin begitulah hakikat (ceileh) film dengan genre biografi. Penonton yang ngga paham sejarah dan ngga punya minat dengan sejarah, akhirnya Cuma punya dua pilihan saat nonton: 1. Duduk bosan, dan 2. Ngobrol atau ketawa-ketiwi bareng rombongannya untuk mengusir kebosanan. Sayangnya, kami berempat satu studio dengan penonton awam yang tipe kedua, yang bikin suasana studio nggak nyaman dan membuyarkan konsentrasi kami. Plis guys, kalo kalian merasa ngga cucok dengan film yang ditonton, lebih baik langsung ke pintu EXIT atau bobok di kursi aja yaaaa…

Selesai nonton, lanjut acara makan bareng, dari jam 6 sore sampai jam setengah 9 malam. Kami makan gaya siput yah? Hehe… Maklum, nunggu pesanan lengkap aja butuh sekitar 15 menit, ditambah diskusi dan browsing-browsing tentang film yang baru aja ditonton. Buat orang seperti saya, yang masih lack of knowledge tentang sejarah, kegiatan pasca nonton yang seperti ini yang penting. Film itu “hanya” pancingan untuk menggali pengetahuan yang lebih banyak dari sumber-sumber lain. Misalnya gini nih, di film GBT, ada murid-murid H.O.S Tjokroaminoto yang dikisahkan tidak terlalu mendetail. Pasca nonton, akan sangat bermanfaat jika kisah mereka kita gali sendiri secara lebih dalam dan lebih mendetail, bisa dengan googling atau bertanya ke ahlinya. Buat nambah ilmu, jadi acara nontonnya bermanfaat.

Dari acara ngobrol-ngobrol sambil makan itu, terkuaklah penilaian tentang film GBT ini. Kami satu kata untuk kelebihannya: latar dan property yang benar-benar dikondisikan untuk sesuai dengan situasi awal tahun 1900an. Sangat baik sekali. Pemeran-pemeran tokoh di film tersebut juga berakting dengan baik. Wes, yang main kan sekelas Didi Petet, Christine Hakim, Sudjiwo Tedjo, Reza Rahadian. Termasuk orang-orang Belanda-nya, mantap aktingnya.

Kekurangan film ini, bagi kami berempat (ini subjektif banget ya), adalah alur cerita yang rumit. Ada bagian-bagian yang kami ngga ngerti. Menurut saya pribadi, konten film ini sangat padat. Sutradara dan penulisnya ingin menyampaikan momen-momen penting dan bersejarah yang dilalui oleh Tjokroaminoto, yang jumlahnya tidak sedikit. Terbatasnya durasi menjadikan momen-momen itu terkadang ditampilkan dengan sangat singkat. Ini yang sangat mungkin membuat penonton gagal paham dalam menangkap kisahnya. Jadi, alangkah baiknya bagi yang mau nonton film ini untuk membaca biografi H.O.S Tjokroaminoto terlebih dahulu sebelum masuk bioskop. Biografi yang singkat saja, misalnya dari Wikipedia, akan sangat membantu mencerna setiap bagian film ini.

Jadi…..

Terlepas dari kekurangannya, film Guru Bangsa Tjokroaminoto adalah salah satu yang layak direkomendasikan untuk ditonton. Ini film dengan genre bagus: biografi, yang sarat dengan pengetahuan, nilai-nilai humanism, nasionalisme dan kearifan yang bersifat universal. Berapa banyak produser yang mau bikin film seperti ini? Rasanya ngga banyak. Nah, mumpung ada yang bikin, mari kita ramaikan bioskopnya, hehe… Kalau sebuah film laris kan biasanya banyak produser lain yang akan mengekor bikin film serupa…  Jadi, nanti akan banyak juga film-film berkualitas beredar… Kita nantikan film berkualitas lainnya ya… J


Wednesday, April 1, 2015

The Banning of Indonesian Islamic Websites - A Humble Opinion From An Internet User

Malam ini gue akhirnya harus menghela nafas. ISP langganan gue mulai ngeblokir salah satu situs yang sering gue kunjungi: dakwatuna.com.

Since yesterday, people have been talking about the banning of 19 (or 22) Islamic sites. This action is done by the Ministry of Communication and Informatics (Kemkominfo) based on the recommendation given by BNPT. The wave of protests, esp. in online media, has been rising up to now.

Some of my friends may say, the sites spread radicalism, ISIS' idea. Well, I ask them then, "Have you ever visited and read the content of that site?". They answered, "No."

I, of course, do not agree with any kind of violence - no matter who does it. I'm against with what's done by ISIS. If those 19 sites bring up the idea of terror, then I'll support the ban.

In another side, it's better for anyone who supports the step taken by BNPT and Kemkominfo - banning 19 Islamic sites- to prove that the action is proper. They have to show the people any article or content of the sites that drag people into radicalism. If they are able to do so, it's gonna be fair enough.

In fact, based on the report tweeted by @YolaDamayanti - a Dakta Radio journalist- who attended the meeting between BNPT, Kemkominfo and the representatives from seven sites which got banned, the PR of BNPT explained that the banning of those 19 sites was because they use dot com domain that is considered as a privilege to US's sites. It means that Indonesian sites are forbidden to use the domain. LOL. Such an explanation that is very far from public expectation.

Goodness. What is actually happening in this country? I visit Islamic sites to broaden my knowledge on Islam, not to become radical (although I'm not sure about the criteria of being radical. I just use my own assumption: being radical is probably like ISIS). I've reduced my time in front of television as it offers me, mostly, unworthy programs. Meanwhile, online media offers me a freedom to choose news, articles or contents which I need.

I know that there are still plenty of Islamic sites that can be accessed. But that's not the point. Today, the government banned 19 sites only, we don't know how many Islamic sites that will be treated the same in the future (I hope there will be no more). For me, as an internet user, I am just wondering what factors that encourage the govt to take such an irritating step? It's gonna be wise if they ensure the public by giving some proves that those sites spread radicalism. Unfortunately, they don't do it and keep silent.

Then, #BringBackTheIslamicMedia #KembalikanMediaIslam

Tuesday, March 24, 2015

Resep Makan Siang Nikmat: Udang Goreng Saus Tiram. Nyam!

Udang Goreng Saus Tiram ala LiaAqeela

Hai haii everibodeh!

Ini waktu jelang makan siang (dan jelang bobo ciang bagi yang menunaikan, hihi...), mengingatkan dakuh akan sebuah resep makan siang nan lezat dan nikmat. Bahan dasar menu ini semua orang suka, kecuali, maaf ya, yang alergi atau kolesterol tinggi. It is... U D A N G... jeng! jeng! hehe...

Basically, resep ini aku ngintip dari situs ini lho, dengan sedikit pengurangan bahan, hihi...

Aslinya, bahan-bahannya seperti berikut inih...

500 gram udang ukuran besar, cuci bersih (kalau tidak suka berkulit, kupas dan buang kepalanya, sisakan ekornya, belah punggungnya)
8 sdm margarine
5 siung bawang putih, cincang halus
1 buah bawang bombay ukuran sedang, kupas dan potong kotak (atau sesuai selera)
5 sdm saos tiram
1 sdm kecap ikan
3 sdt gula pasir
1/2 sdt merica bubuk
50 ml air
2 batang daun bawang, potong-potong 1 cm

Bahan Perendam:
1/2 sdt garam
1 sdt merica bubuk
1 buah jeruk nipis, ambil airnya
2 sdt bawang putih yang sudah dihaluskan


Cara Membuat:
1. Lumuri udang dengan bumbu perendam, diamkan 30 menit.
2. Panaskan margarine, goreng udang berbumbu hingga berubah warna dan kering. Sisihkan.
3. Panaskan sisa margarine di wajan bekas menggoreng udang, lalu tumis bawang putih dan bawang       bombay sampai harum.
4. Tambahkan saos tiram, kecap ikan, gula pasir, merica dan air. Masak sampai kuah kental.
5. Masukkan udang goreng serta daun bawang, aduk rata. Angkat.

Naah, aku praktek sesuai dengan resep diatas. Tapi ada satu hal yang beda: aku delete bawang bombay. Kenapa? Ngga kenapa-kenapa, ngga nemu aja di dapur, jadi skip. hehe...

Menu ini mudah dibuat dan enak bingits terutama disantap saat masih panas.
Selamat mencoba yaaaaa :)

Sunday, March 22, 2015

Sekali Mendayung, Dua Tiga Pulau Terlampaui: Investasi Masa Depan Saat Berkendara


Haluuuu... buat yang udah baca postingan sayah sebelumnya Macet dan Keabsurdan Pengemudi, saya akui ajah, tulisan itu sebenernya belum selesai, hihihi... keburu ngantuk jadi endingnya dipercepat :D

Naaah, di postingan ini, saya mau melanjutkan dan menambahkan uneg-uneg.. masih berkaitan dengan kisah Jum'at petang ituuh... jangan pusiang bacanya yaaah, hehe...

Yak, mulai...!

Guys, barangkali kita pernah dengar atau baca cerita-cerita orang menggunakan moda transportasi umum dimana mereka punya kesempatan berinvestasi masa depan (baca: akhirat) dengan memberikan tempat duduk untuk penumpang wanita atau bumil atau yang sudah sepur, eh, sepuh. Sebuah tindakan mulia tiada tara dan tiada bandingnya (halah). Di kelompok ngaji saya, yang seperti itu disebut-sebut termasuk itsar, yaitu mendahulukan kebaikan untuk orang lain dibandingkan diri sendiri. Dan, kata guru ngaji saya, itsar itu tingkatan paling tinggi dalam sebuah ukhuwah aka ikatan persaudaraan dengan orang lain.

Selain memberikan tempat duduk, masih ada banyak tindakan mulia tiada tara yang lain yang bisa dilakukan ketika menggunakan transportasi publik, misalnya: dzikir di kendaraan, baca buku, atau ngobrol sama penumpang sebelah, jadi mengurangi kebetean di kala macet, hehe... atau, senyum dan memaafkan penumpang sebelah yang nggak sengaja nginjek kaki kita gegara kendaraannya ngepot (yang naik transjak pasti hafal banget sama kondisi kayak gini, hihihi...)... atau ngasih uang recehan ketika ada penumpang yang kekurangan ongkos, heuheu.. (mungkin ngga yah? ya, mungkin aja sih, satu diantara sejuta kasus, hehe...)

Naah, hal-hal kayak gitu kan ngga mungkin dilakukan sama yang berkendara dengan kendaraan pribadi, baik itu mobil ataupun motor. Saya pernah dengerin yang namanya dzikir pagi-petang al-ma'tsurat pake earphone. Earphone-nya cuma saya pasang di satu telinga aja, supaya tetap bisa konsentrasi dengan keadaan lalu lintas. Kemudiaan, apakah yang terjadi?? Saya fokus nyetir, tapi bener-bener ngga bisa fokus dzikir, haha... Sejak itu saya ngga pernah nge-earphone lagi, bahaya dan melanggar aturan :p

Saya juga ngga mungkin ngobrol sama pengendara lain untuk mengurangi kebetean, yang ada malah menambah kebetean, terutama pengendara yang posisinya di belakang saya, hihihi...

Dan untuk itsar, itu pastinya sulit banget. Misalnya saya ketemu ibu hamil, saya bilang, "bu, bu, silakan pake mobil saya untuk bepergian." eaaa... saya belum jadi milarder, jadi sepertinya ngga memungkinkan bagi saya mempersilakan orang yang membutuhkan untuk menggunakan kendaraan yang saya pake. hehehe...

Anyway, Allah is fair, gitu kan. Siapapun, dalam kondisi apapun, tetap bisa berinvestasi masa depan.

Kalau lagi mengendarai motor, kena macet, adanya trotoar kosong itu godaan luaaar biasa, hahaha... riders bisa dengan mudah ngetrek di trotoar. Tapi apa iya pantas? Saya kadang-kadang jadi pedestrian juga. Gondok kalau trotoar yang diperuntukkan bagi pejalan kaki, di take-over sama pengendara motor. Sakiiiiiittt... hihi... Jadi drivers/ bikers yang ingin investasi, cobalah untuk jangan pernah ambil space trotoar sebagai lajur kendaraan kita. Karena dibalik arogansi itu, ternyata ada yang diam-diam tersakiti ^_^

And theen... tau garis stop, kan? drivers/ bikers pasti tau, apalagi yang sering mantengin akun twitter TMC Polda Metro Jaya, hehe... Naah, kata TMC Polda Metro Jaya, di depan garis stop itu ada hak penyebrang jalan. Pernah lihat pedestrian nyebrang jalan dan kesulitan nyelip-nyelip diantara kendaraan yang berhenti di zebra cross? Saya pernah lihat, dan juga pernah merasakan. Sakiiiiit lagiii... (kayaknya memang pedestrian yang paling banyak tersakiti di jalan raya, heuheu..). Dear drivers/ riders, coba yuks memberi kemudahan bagi mereka yang ingin menyebrang lewat zebra cross. Kita ngga rugi apapun untuk berhenti di belakang garis stop.

Ada hal lain lagi yang bisa kita lakukan untuk berinvestasi. Dan ini yang paling berkaitan dengan pengalaman saya di Jumat petang itu: mendahulukan penyebrang jalan. Saya kadang menyetir mobil, sering menyetir motor, kadang menjadi pejalan kaki, sehingga saya memiliki sudut pandang dari ketiga posisi tersebut. Jika saya adalah driver mobil di kejadian Jum'at petang itu, saya akan mempersilakan pengendara yang ingin menyebrang. Kenapa? Ada kalanya, kita harus mempersilakan pengendara lain melaju, justru supaya tidak membuat kemacetan kian bertambah parah. Apalagi cuma memaksakan untuk maju setengah meter, kemudian stuck, yang tidak membuat kita lebih cepat tiba di tujuan. Diluar kasus itu, saya memang selalu memberi kesempatan orang lain menyebrang (jika jarak dan kecepatan kendaraan memungkinkan untuk berhenti, karena kalau memaksakan berhenti mendadak justru bahaya untuk kendaraan di belakang). Ngga sulit untuk memberi kesempatan orang atau kendaraan lain menyebrang (as long as mereka menyebrang di tempat yang tepat). Yang sulit itu melawan ego. Ego yang bikin drivers/ bikers enggan mengerem dan berhenti selama beberapa detik untuk memberi kesempatan orang lain menyebrang. Padahal, beberapa detik yang kita sediakan untuk mendahulukan penyebrang jalan, bisa saja menjadi sebuah kebaikan berlipat balasan dari-Nya.

Hal-hal yang saya sebutkan tadi adalah beberapa prinsip berkendara saya. Hal-hal sederhana, dan mudah. Tapi dibalik semua yang sederhana itu, tetap terkandung hal-hal yang bersifat filosofis, terutama bagi mereka yang percaya bahwa Allah itu menghitung setiap kebaikan dan keburukan, sekecil apapun. Eh, eh, saya sok jadi malaikat ya? hahaha... Sebenarnya siih, justru karena saya merasa banyak melakukan kesalahan, harus pintar-pintar mengambil kesempatan berinvestasi, walau cuma bisa yang kecil-kecil.

Buat yang mau share tips investasi masa depan saat mengendarai kendaraan pribadi, silakaaan... kolom komentar ngga pernah saya tutup, hihi... :)

Selamat berkendara, dan tetap safety riding yaa ^^

Friday, March 20, 2015

Macet dan Keabsurdan Pengemudi

HEYHOOOO....
Habis badai disiniiii, dan habis ngepel kamar karena lupa tutup jendela, air tampias menggenang bow.. wow, asik yaaah malem-malem pegang gagang pel ;p

btw guys, maghrib tadi pas ogut pulang dari sekolah, kondisi lalin Kalimalang yang ke arah Cawang muacet gokil. Alhamdulillaaah saya pulang lewat Jalan Pahlawan Revolusi Pondok Bambu yang lancar. Walaaauupun demikian, untuk bisa tiba di rumah, saya harus nyebrang jembatan di depan Universitas Borobudur yang posisinya di kanan jalan, which means, saya harus menyebrangi antrean kendaraan arah Cawang yang hampir stuck, gak bergerak.

Lajur arah Cawang terisi dua baris antrean kendaraan. Karena sopir mobilnya baik hati dan mau berhenti, saya bisa menyebrangi baris pertama. Pada baris antrean kedua, roda skuter saya sudah di sela-sela dua kendaraan, tinggal menunggu mobil yang di depan maju setengah meter aja, saya bisa nyelip melaju ke arah jembatan.

Naah, mobil yang di depan akhirnya bergerak sekitar setengah atau satu meter. Waktunya nge-gas dan nyelip... Eeeeh, tapi, tapi, nggak saya duga, mobil yang belakang maju perlahan, merapatkan bempernya ke roda skuter sayah. Lah? Sopirnya mau nabrak saya gituh? Saya masih binun gitu, kemudian dia belokin sedikit mobilnya, maju, stuck, dan nutup jalan saya untuk bisa sampai di jembatan. Muahahahahahahaaaa.... 

Ini sumpah kocak-kocak ngeselin gitu. Masalahnya gini loh, mobil itu maju atau nggak maju, nggak akan berpengaruh. Tuh mobil cuma bisa maju setengah meter dan akan tetap stuck dan bakal disitu-situ ajah posisinya. Dia nggak akan disalip siapa-siapa dan ngga akan diperlambat perjalanannya hanya dengan ngasih kesempatan satu orang rider menyebrang. Saya cuma butuh beberapa detik untuk melaju di depan mobil tersebut ke arah jembatan. Justru dengan nggak ngasih kesempatan saya nyebrang, posisi saya dan skuter saya menghalangi kendaraan di barisan pertama untuk melaju. Bikin tambah stuck.

Saya geleng-geleng kepala, nggak habis pikir. Tapi apa mau dikata. Yaudah, saya anteng aja nunggu kesempatan nyelip berikutnya, haha...

Iseng-iseng saya pengen tahu sopirnya kayak gimana. Oh, cewek berwajah tegang. Saya pandangin dia, dia pandang balik saya, Saya pelototin ajah, hihi... akhirnya doi memalingkan pandangan setelah beberapa saat beradu tatapan dengan saya  (kata ibu, setelah saya ceritain tentang ini, "ngga melotot aja matamu sudah besar. Apalagi melotot." hekekekekeee).

Doh, sumpah yaaa, perilaku sopir tuh kadang absurd, sulit dipahami dengan logika. Ngga mau disalip, kayak mau cepet-cepet ngacir ke bulan. Padahal mah cuma bisa maju setengah meter, terus stuck lagi, :)))

HOAAAMMM... ngantuk uy... hawanya ngajak bubuk banget iniiii...
Yuk, mari lupakan kekesalan, keheranan, ketidakmengertian, kekoplakan, keabsurdan dan ke-an yang lain yang terjadi hari ini :D 

Semoga bisa diambil pelajarannya...
Dadaaaahhhh.... met bobooo...







Tuesday, January 20, 2015

A Memory From Early Childhood

by Goker Kececioglu*


I was so young that I do not even remember how old I was but I remember my conversation with daddy and all its details. We were walking on the sidewalks and I was holding his finger instead of holding his hand.My hands were very very little when they are compared to daddy's ^_^

I do remember what I was asking him to buy me.Everyday we go out together, I was asking him to buy me a computer...It was first years of computers and it was really so hard to get one :D

It was a sunny day and when we are walking back home from the park I asked daddy to buy me a computer. He was talking to me as if I am as wise and old as himself. He told me "My Dear Son, talking is cheap, promising is easy. And the hard thing is making them come true. I would promise you now and wait you to forget or change your mind about it. But I do not want to make you dream because if you have dream about something you cannot reach you would just be disappointed..." I was sad and when I close my eyes I can remember the way my face looked like. I thought that he was just ignoring my wills but when I become older I understood him very well...

Why do I tell that to you???

Because I want you to know the truth of life too. So both you and the ones you love would be in better relationships. Moms and Daughters, Dads and Sons, Brothers and Sisters, even Friends :)

Talking is cheap, promising is easy. And the hard thing is making them come true. So before you do promise think once more ;)


*Goker is one of my good friends whom I used to talk with. A Turkish who is sooo patient, caring and mature and he never dares to hurt anyone. May Allah bless you, Gok :)

Wednesday, January 14, 2015

Hidup Bahagia = Hidup Dengan Passion


“Kak, saya masih bingung jurusan kuliah yang mau saya ambil. Menurut kakak saya sebaiknya pilih jurusan apa ya?”

Banyak pertanyaan sejenis itu terlontar ke saya. Dan setiap pertanyaan mendapat jawaban yang sama: “Selama dua belas tahun sekolah, pelajaran apa yang paling kamu suka? Pilih jurusan yang field-nya sesuai dengan kesukaan kamu.”

Sama halnya dengan mereka yang bingung hendak berkarier di bidang apa, saya selalu menyarankan agar mereka bergelut di bidang yang mereka sukai.

Bagi saya, rasa suka ibarat sebuah titik cahaya yang menerangi jalan kita menuju sebuah tempat bernama passion. Mengetahui apa yang kita sukai ibarat mengetahui jalan menuju passion. Passion itu sendiri, menurut pendapat saya, adalah sesuatu yang sebenarnya lebih dari sekedar apa yang kita sukai. Ia adalah sebuah alasan mengapa seseorang bisa bangun begitu awal atau tidur terlalu larut dengan perasaan senang dan ketertarikan yang sangat.

Rasa suka itu yang mengantar saya menjadi seperti sekarang ini. Bahasa Inggris, mungkin belum mencapai taraf passion saya, tapi ia adalah sesuatu yang sangat saya sukai sejak kecil. Saya bergembira menonton Sesame Street,mengikuti Count Dracula berhitung, atau mengikuti Big Bird mengucapkan kata-kata. Saya senang setiap kali ada pelajaran Bahasa Inggris di sekolah. Pada usia SD, saya adalah anak cerewet yang sok tahu mengucapkan kosa kata Bahasa Inggris sederhana yang ada dalam buku pegangan siswa, hehe…

Rasa suka ini pula yang mengalahkan gengsi. Saat di SMA, teman-teman saya berbondong-bondong ingin masuk kelas IPA yang hanya tersedia dua kelas, IPA 1 dan IPA 2, dari keseluruhan enam kelas paralel yang ada. Ya, mungkin itu passion mereka. Tapi bukan passion saya.

Jelang penjurusan, wali kelas saya menyodorkan sebuah form kepada setiap siswa. Setelah saya menulis di form yang diberikan oleh wali kelas bahwa saya ingin masuk IPS, tidak berapa lama kemudian wali kelas saya menghampiri. Beliau mengonfirmasi, apakah benar saya ingin masuk kelas IPS. Saya mengiyakan dengan memberikan alasan bahwa saya ingin kuliah di jurusan bahasa dan sastra. Mengikuti program IPS adalah jalan yang efektif dan efisien untuk mencapai keinginan saya. NIlai mata pelajaran MIPA saya tidak jelek, saya bisa masuk IPA yang diidam-idamkan banyak siswa. Tapi sekali lagi, itu bukan passion saya. Terlebih, saya melihat kakak-kakak kelas saya di kelas IPS yang berprestasi dan banyak diterima di PTN, semakin terkuburlah gengsi.

Mengapa mengikuti passion begitu penting? Yang pasti setiap orang memiliki pendapat yang berbeda. Saya pribadi berpendapat bahwa hidup itu bergelombang, ada naik ada turun, ada sukar ada mudah, namun setiap kesukaran yang dihadapi saat bergelut dengan passion kita, tak akan membuat kita mundur. Sebaliknya, ia akan menjadi guru yang baik, yang memberikan ilmu dan kekuatan lahir dan batin kepada kita tentang bagaimana mengatasinya.

Orang lain bisa jadi memandang kita dengan bergidik, lebih parah lagi menilai kita bodoh saat mengikuti passion kita. Ucapan, “hah? Skripsi lo pake Bahasa Inggris??” dengan intonasi ngeri sudah jamak saya dengar, hehe… Kalau dibayangkan memang sulit, tapi toh bisa selesai juga jika dikerjakan. Passion itu yang menjadi energi.

Apapun yang kita jalani, termasuk pendidikan dan pekerjaaan, semua akan nikmat ketika passion menjadi alasannya. Gaji besar tidak menjamin kebahagiaan seseorang dalam menjalani hari-harinya. Bersenang-senang, berpesta, gathering tidak menjamin pelakunya bahagia saat melakoninya. Bahkan travelling (yang sangat saya sukai) malah bisa jadi sesuatu yang tidak menarik bagi orang lain (buat babang saya, si Papay, misalnya, haha). Justru berkutat dengan tumpukan buku referensi tebal, bergelut dengan fungsi-fungsi dalam coding, atau menghadapi siswa bermasalah, bisa menjadi sesuatu yang menarik yang membuat seseorang merasa tertantang untuk menghadapinya.

Jika disederhanakan, tidak ada yang terlalu sulit, terlalu rumit atau terlalu melelahkan ketika seseorang mengikuti passion-nya. Karena excitement dalam menjalaninya, mengikis ketiga hal tersebut.

Bagi yang telah menemukan passion, selamat bertualang dan berbahagia menjalani hidup. Untuk yang belum, cobalah selami dan gali apa yang menjadi kesukaan kita. Semoga bisa menjadikan kita produktif dan bermanfaat bagi sesama.