Tuesday, January 20, 2015

A Memory From Early Childhood

by Goker Kececioglu*


I was so young that I do not even remember how old I was but I remember my conversation with daddy and all its details. We were walking on the sidewalks and I was holding his finger instead of holding his hand.My hands were very very little when they are compared to daddy's ^_^

I do remember what I was asking him to buy me.Everyday we go out together, I was asking him to buy me a computer...It was first years of computers and it was really so hard to get one :D

It was a sunny day and when we are walking back home from the park I asked daddy to buy me a computer. He was talking to me as if I am as wise and old as himself. He told me "My Dear Son, talking is cheap, promising is easy. And the hard thing is making them come true. I would promise you now and wait you to forget or change your mind about it. But I do not want to make you dream because if you have dream about something you cannot reach you would just be disappointed..." I was sad and when I close my eyes I can remember the way my face looked like. I thought that he was just ignoring my wills but when I become older I understood him very well...

Why do I tell that to you???

Because I want you to know the truth of life too. So both you and the ones you love would be in better relationships. Moms and Daughters, Dads and Sons, Brothers and Sisters, even Friends :)

Talking is cheap, promising is easy. And the hard thing is making them come true. So before you do promise think once more ;)


*Goker is one of my good friends whom I used to talk with. A Turkish who is sooo patient, caring and mature and he never dares to hurt anyone. May Allah bless you, Gok :)

Wednesday, January 14, 2015

Hidup Bahagia = Hidup Dengan Passion


“Kak, saya masih bingung jurusan kuliah yang mau saya ambil. Menurut kakak saya sebaiknya pilih jurusan apa ya?”

Banyak pertanyaan sejenis itu terlontar ke saya. Dan setiap pertanyaan mendapat jawaban yang sama: “Selama dua belas tahun sekolah, pelajaran apa yang paling kamu suka? Pilih jurusan yang field-nya sesuai dengan kesukaan kamu.”

Sama halnya dengan mereka yang bingung hendak berkarier di bidang apa, saya selalu menyarankan agar mereka bergelut di bidang yang mereka sukai.

Bagi saya, rasa suka ibarat sebuah titik cahaya yang menerangi jalan kita menuju sebuah tempat bernama passion. Mengetahui apa yang kita sukai ibarat mengetahui jalan menuju passion. Passion itu sendiri, menurut pendapat saya, adalah sesuatu yang sebenarnya lebih dari sekedar apa yang kita sukai. Ia adalah sebuah alasan mengapa seseorang bisa bangun begitu awal atau tidur terlalu larut dengan perasaan senang dan ketertarikan yang sangat.

Rasa suka itu yang mengantar saya menjadi seperti sekarang ini. Bahasa Inggris, mungkin belum mencapai taraf passion saya, tapi ia adalah sesuatu yang sangat saya sukai sejak kecil. Saya bergembira menonton Sesame Street,mengikuti Count Dracula berhitung, atau mengikuti Big Bird mengucapkan kata-kata. Saya senang setiap kali ada pelajaran Bahasa Inggris di sekolah. Pada usia SD, saya adalah anak cerewet yang sok tahu mengucapkan kosa kata Bahasa Inggris sederhana yang ada dalam buku pegangan siswa, hehe…

Rasa suka ini pula yang mengalahkan gengsi. Saat di SMA, teman-teman saya berbondong-bondong ingin masuk kelas IPA yang hanya tersedia dua kelas, IPA 1 dan IPA 2, dari keseluruhan enam kelas paralel yang ada. Ya, mungkin itu passion mereka. Tapi bukan passion saya.

Jelang penjurusan, wali kelas saya menyodorkan sebuah form kepada setiap siswa. Setelah saya menulis di form yang diberikan oleh wali kelas bahwa saya ingin masuk IPS, tidak berapa lama kemudian wali kelas saya menghampiri. Beliau mengonfirmasi, apakah benar saya ingin masuk kelas IPS. Saya mengiyakan dengan memberikan alasan bahwa saya ingin kuliah di jurusan bahasa dan sastra. Mengikuti program IPS adalah jalan yang efektif dan efisien untuk mencapai keinginan saya. NIlai mata pelajaran MIPA saya tidak jelek, saya bisa masuk IPA yang diidam-idamkan banyak siswa. Tapi sekali lagi, itu bukan passion saya. Terlebih, saya melihat kakak-kakak kelas saya di kelas IPS yang berprestasi dan banyak diterima di PTN, semakin terkuburlah gengsi.

Mengapa mengikuti passion begitu penting? Yang pasti setiap orang memiliki pendapat yang berbeda. Saya pribadi berpendapat bahwa hidup itu bergelombang, ada naik ada turun, ada sukar ada mudah, namun setiap kesukaran yang dihadapi saat bergelut dengan passion kita, tak akan membuat kita mundur. Sebaliknya, ia akan menjadi guru yang baik, yang memberikan ilmu dan kekuatan lahir dan batin kepada kita tentang bagaimana mengatasinya.

Orang lain bisa jadi memandang kita dengan bergidik, lebih parah lagi menilai kita bodoh saat mengikuti passion kita. Ucapan, “hah? Skripsi lo pake Bahasa Inggris??” dengan intonasi ngeri sudah jamak saya dengar, hehe… Kalau dibayangkan memang sulit, tapi toh bisa selesai juga jika dikerjakan. Passion itu yang menjadi energi.

Apapun yang kita jalani, termasuk pendidikan dan pekerjaaan, semua akan nikmat ketika passion menjadi alasannya. Gaji besar tidak menjamin kebahagiaan seseorang dalam menjalani hari-harinya. Bersenang-senang, berpesta, gathering tidak menjamin pelakunya bahagia saat melakoninya. Bahkan travelling (yang sangat saya sukai) malah bisa jadi sesuatu yang tidak menarik bagi orang lain (buat babang saya, si Papay, misalnya, haha). Justru berkutat dengan tumpukan buku referensi tebal, bergelut dengan fungsi-fungsi dalam coding, atau menghadapi siswa bermasalah, bisa menjadi sesuatu yang menarik yang membuat seseorang merasa tertantang untuk menghadapinya.

Jika disederhanakan, tidak ada yang terlalu sulit, terlalu rumit atau terlalu melelahkan ketika seseorang mengikuti passion-nya. Karena excitement dalam menjalaninya, mengikis ketiga hal tersebut.

Bagi yang telah menemukan passion, selamat bertualang dan berbahagia menjalani hidup. Untuk yang belum, cobalah selami dan gali apa yang menjadi kesukaan kita. Semoga bisa menjadikan kita produktif dan bermanfaat bagi sesama.