Satu lagi saya
temukan orang tua yang membelikan sebuah tab untuk anaknya yang masih duduk di
kelas dua. Sah-sah saja, tidak ada larangan. Hanya saja, orang tua perlu
menyadari bahwa tugasnya bertambah: mengawasi anak agar tidak kecanduan main
tab.
Saat teman saya
menyodorkan sebuah tab baru, meminta tolong saya mengunduh sebuah lagu, saya
langsung teringat jaman saya kecil dulu. Orang tua saya bersikeras tidak
membelikan saya Nintendo yang saat itu populer sekali.
Saya kenal
Nintendo dari teman sebelah rumah, anak semata wayang. Ada banyak sekali
permainan yang bisa dipilih. Asyik betul! Pulang bermain dari rumah teman, saya
minta dibelikan Nintendo.
“Tidak boleh. Itu
bikin malas belajar.” Itu kata orang tua saya.
“Aku nggak akan
malas belajar kok.”
“Nggak boleh.”
Rasanya kecewaaaa
mendengar kata ’tidak’ itu. Tapi bisa apa saya? Akhirnya, hari-hari semasa saya
SD, banyak diisi dengan permainan lain: masak-masakan, bermain kasti dan layang-layang,
petak jongkok, lompat tali, membuat tenda sendiri, sampai nyemplung di got mencari
ikan jepi dan cucut, hehe...
Sekarang ketika
dewasa, aktivitas-aktivitas outdoor itu
menjadi memori yang menyenangkan untuk diingat. Subhanallah, betapa nikmatnya
masa kecil saya yang ruang geraknya tak dibatasi dinding rumah. Dan Alhamdulillah,
orang tua saya sangat mendukung.
“Ibu, aku mau
cari ikan, belikan jaring untuk nangkap ikan...”
“Ibu, aku mau
bikin kolam ikan, aku pinjam taplak plastik ya...”
“Ibu, aku mau
main masak-masakan, minta telur untuk bikin kue upil gajah ya... minyak tanahnya
juga untuk bikin api..”
“ibu, aku mau
bikin ayunan, minta uang untuk beli tali jemuran untuk tali ayunannya ya...”
“Ibu, bola
kastinya nyebur ke kali... kalau ke rumah pakdhe, mintakan bola tenis bekas ya
untuk main kasti...”
Dan semua
permintaan itu dipenuhi J
Tentu saja saat
itu saya tidak menyadari, kreatifitas tanpa batas muncul saat seorang anak
bereksplorasi dengan hal-hal di sekitarnya. Membuat tenda beratap daun pisang,
membuat kolam ikan, membuat ayunan, membuat kue yang saya dan teman-teman namakan
upil gajah (hahaha, entah terinspirasi dari mana :D) adalah hasil eksplorasi
dengan benda-benda yang ada di sekitar saya. Dari kegiatan “membuat” itu, saya
belajar memecahkan masalah. Dan kecerdasan diasah dari kegiatan memecahkan
masalah ini.
Eksplorasi
seperti ini yang tidak dialami oleh anak-anak yang diam dan duduk bermain game sepanjang hari.
Sekali lagi, tidak
ada larangan anak bermain digital/
virtual game. Hanya saja, ada konsekuensi bagi orang tua, yaitu mengawasi porsi
waktu anak bermain game di tab/ laptop. Anak-anak berhak
mendapatkan kesempatan untuk bereksplorasi dengan alam, dengan lingkungan dan
hal-hal di sekitar mereka tanpa dibatasi
oleh dinding atau pagar rumah. Semoga dengan kegiatan eksplorasi yang berujung
pada mencipta sesuatu itu, lahir generasi yang cerdas.
No comments:
Post a Comment